Viral Siswi Bun*H Diri Karena Tak Punya Ponsel Untuk Belajar Daring? Simak Penjelasanya



  Beredar sebuah foto memperlihatkan seorang pria memeluk anak kecil yang sedang terbaring. Foto itu beredar di media sosial.

Adalah akun facebook Phra Sukha Senuk yang turut membagikan foto tersebut, Selasa 28 Juli 2020.

Akun ini membuat narasi bahwa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim harus melihat fakta bahwa seorang anak tersebut menjadi korban kelas daring alias online.

“HAI TUKANG OJEK NADIEM MAKARIM LHT FAKTA ANAK INI BUNUH DIRI GARA2 TDK PUNYA PONSEL UTK BELAJAR DARING..,” bunyi narasi pada akun tersebut.
“Hai pak Mendikbud Gk semua siswa/i punya uang untuk beli Hp/Kouta/Pulsa contohnya ak sendiri cari uang itu susah,Yah kalian enak Hp di beli’in ortu klo gw beli sndr malahan harus kerja biar bisa beli Kouta/pulsa.jd ginih klo saran ak mending masuk aj kaya’ dulu mw jd apa negri ini klo terus terusan begini,Dear Pemerintah Tolong bantu kami pak kembalikan sekolah kami yg seperti dulu pak Tolong Pak Plisss.”

Penelusuran:

Dari penelusuran tim Cek Fakta Medcom, klaim bahwa foto itu memperlihatkan seorang anak yang bunuh diri karena tidak memiliki telepon seluler (ponsel) untuk belajar daring, adalah salah.

Faktanya, foto tersebut tidak ada kaitannya dengan korban belajar online. Dilansir Kompas, foto itu memperlihatkan seorang anak perempuan berusia tujuh tahun yang menderita leukemia di Tiongkok.

Anak yang bernama Zhang Jiaye itu tampak dipeluk ayahnya, Zhang Mingliang.
Hubungan anak dan ayah itu membuat haru warganet di Tiongkok. Pasalnya Zhang Jiaye menulis surat untuk ayahnya. Jiaye mengungkapkan rasa sedih atas pengorbanan ayahnya selama masa pengobatan.

“Ayah, aku melihatmu menangis hari ini. Aku amat sedih. Aku tahu kau telah menghabiskan uang amat banyak untuk pengobatanku dan kau sudah kehabisan uang.

Kini ibu juga pergi,” kata Jiaye lewat suratnya, seperti dilansir Kompas, Senin 22 Januari 2018.


Jiaye merasa dirinya tak perlu diobati lagi. Di samping keluarganya terlilit utang karena biaya pengobatan mencapai lebih dari Rp1 miliar rupiah, ibunya mendadak pergi tanpa kabar.

“Ini semua karena aku. Jika saya meninggal, ibu pasti kembali dan ayah pasti akan kembali bahagia. Saya tak ingin diobati lagi. Bisakah kita pulang?” demikian isi surat itu.
Warganet di Tiongkok pun ramai-ramai ikut menyumbang biaya pengobatan Jiaye. Saat berita itu dirilis, total uang yang terkumpul sekitar Rp1,2 miliar.

“Saya menangis membaca kisah ini. Kabarkan kepada publik nomor rekening sang ayah. Dengan menyumbang, kita memberi mereka harapan,” ujar seorang warganet.

Selain itu, kami juga menelusuri artikel blogspot yang dimuat dalam klaim. Hasilnya, seorang siswi yang dikabarkan menjadi korban kelas daring itu, merupakan peristiwa di luar Indonesia.

Kesimpulan:
Klaim bahwa foto itu memperlihatkan seorang anak yang bunuh diri karena tidak memiliki telepon seluler (ponsel) untuk belajar daring, adalah salah.